MAKALAH
METODE
MEMPELAJARI FILSAFAT ISLAM
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
PSI
Disusun
Oleh :
Kelompok
Dua
Lusi
Muhamad Diki
Fadilah
Nina
Tatiana
Reza
Ahmad Fauzi
JURUSAN
ILMU KOMUNIKASI JURNALISTIK
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Alloh SWT penguasa alam ini, kami mengucapkan syukur
atas kemudahan yang alloh berikan kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan
tugas pembuatan Makalah Pengantar Studi Islam tentang “Metode Mempelajari Filsafat
Islam” tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah curahkan
kepada suri tauladan, khalifah yang mengantarkan islam pada zaman yang terang
benderang, sehingga manusia dapat terlepas dari zaman kegelapan, yaitu Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan semoga taufiknya dapat
menghantarkan kita menuju surga bersamanya.
Teriring dengan kesadaran bahwa ibadah terbagi dua
yaitu ibadah yang berurusan langsung dengan Alloh dan ibadah yang berurusan
dengan manusia langsung, alhamdulillah pada kesempatan ini, penyusun di beri
kepercayaan oleh dosen mata kuliah Pengantar Studi Islam, Bapak “Aep Wahyudin,
M.Ag” untuk dapat menyusun dan membahas persoalan mengenai “Metode Mempelajari
Filsafat Islam”
Tak lupa ucapan terimakasih, penyusun sampaikan
kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini, penyusun
mengakui tidak ada gading yang tak retak, maka dari itu semua bentuk saran dan
ktitik dari semua pihak dapat membantu penyusun membuat makalah yang akan datang
lebih baik dari pada ini.
Akhirnya hanya ini yang dapat penyusun sampaikan,
pada akhirnya penyusun berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
Bandung, 05 November 2011
Penyusun
PENDAHULUAN
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak
sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda,
tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau
kejelekan dan sebagainya. 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal. 2) Filsafat adalah suatu
proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita
junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal. 3) Filsafat adalah usaha untuk
mendapatkan gambaran keseluruhan. 4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari
bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. 5) Filsafat adalah
sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia
dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada
difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio.
Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang
membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir
sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa
aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam
yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang
terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena
ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda .
Semua soal tadi adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan
jawaban atau pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem
pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme. Oleh karena itu filsafat
dimulai oleh rasa heran, bertanya dan memikir tentang asumsi-asumsi kita yang
fundamental (mendasar), maka kita perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat
itu menjawabnya.
Metode
Mempelajari Filsafat Islam
A. Pengertian
Filsafat Pendidikan Islam
Secara harfiah,
kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang
berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta
terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani
mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap
hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan
menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa
filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab
dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu
terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab
falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta,
suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom).
Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut
failasuf.
Sementara itu,
A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami
perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal
sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa
kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dari segi kebahasan atau
semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian
filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau
kebikasanaan sebagai sasaran utamanya. Filsafat juga memilki pengertian dari
segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau
pengertian dari segi praktis.
Selanjutnya
bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim
digunakan dalam praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai
rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si – terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Berdasarkan
rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan,
yaitu: (1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan
yang dilakukan secara sadar; (2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong; (3)
Ada yang di didik atau si terdidik; dan (4) Adanya dasar dan tujuan dalam
bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu
agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan komprehensif
dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan
sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi
pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya
mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan
diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan
hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk
mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat
tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah.
Sebagai sumber
ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata
menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.
Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan
perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah
mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ).
Dari uraian
diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada
al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang
pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat
strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui
dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari
keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari
ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.
Dasar
pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah
: “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah
kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami
menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar
( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang
mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat
kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya,
serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh
kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”
Dari ayat dan
hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :
1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk
memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan
petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin
ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat
diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi
adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau
memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan
bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama
Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena
ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek
kehidupan ini.
Pendidikan
dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk
mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya
kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam
pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya
dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah
pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan
penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit,
dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern
dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para
ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan
memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu
pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan
hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang
sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang
melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung
unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi
itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa
hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan,
hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan
sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati
sebelumnya.
Sedangkan para
ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang
tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya
gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada
satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau
dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat
dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka
terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan
menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar.
Sebagai ajaran
(doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam
berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan
pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem
nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam
yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.
Pendidikan
Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al
Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :
1. Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya
ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
2. Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan
masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan
mendorongnya untuk beribadah kepada Nya.
4. Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk
lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta
memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya.
Setelah
mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam
itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat
dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai
sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai
sumber sekunder.
Dengan
demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah
filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang
dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas,
tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
B.
Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Islam
Filsafat Islam
muncul sebagai imbas dari gerakan penerjemahan besar-besaran dari buku-buku
peradapan Yunani dan peradaban-peradaban lainnya pada masa kejayaan Daulah
Abbasiah, dimana pemerintahan yang berkuasa waktu itu memberikan sokongan penuh
terhadap gerakan penerjemahan ini, sehingga para ulama bersemangat untuk
melakukan penerjemahan dari berbagai macam keilmuan yang dimiliki peradaban
Yunani kedalam bahasa Arab, dan prestasi yang paling gemilang dari gerakan ini
adalah ketika para ulama berhasil menerjemahkan ilmu filsafat yang mejadi
maskot dari peradaban Yunani waktu itu, baik filsafat Plato, Aristoteles,
maupun yang lainnya. Sebenarnya gerakan penerjemahan ini dimulai semenjak masa
Daulah Umawiyyah atas perintah dari Khalid bin Yazid Al-Umawî untuk
menerjemahkan buku-buku kedokteran, kimia dan geometria dari Yunani, akan
tetapi para Ahli Sejarah lebih condong bahwa gerakan ini benar-benar
dilaksanakan pada masa pemerintahan Daulah Abbasiah saja, dan mencapai
puncaknya pada masa pemerintahan Al-Manshur (136-158 H) hingga masa
pamerintahan AL-Ma'mun (198-218 H) , dimana penerjemahan ini tidak terbatas
pada beberapa bidang keilmuan saja,akan tetapi meliputi berbagai cabang
keilmuan sehingga kita bisa melihat lahirnya para ilmuan besar pada masa ini,
contohnya Al-Kindi (155-256 H) seorang filosof besar yang menguasai beraneka
bidang keilmuan, seperti matematika, astronomi, musik, geometri, kedokteran dan
politik, disamping nama-nama besar yang muncul setelahnya, sebut saja Ar-Razi,
Ibn Sina (370-428 H), Al-Farabi (359-438 H) dan yang lainnya .
Sebagaimana kajian
Islam mengambil berbagai tema untuk bahan kajian tentang logika, etika,
politik, metafisika dan lainnya, yang telah lebih dulu dikaji oleh bangsa
Yunani, sehingga sangat dimungkinkan bahwa kajian-kajian filsafat islam dalam
tema-tema ini dipengaruhi oleh filsafat Yunani, akan tetapi sesungguhnya
filsafat Islam dalam beberapa sisi secara independen memiliki karakteristik
yang berbeda dari filsafat Yunani. Filsafat Islam bukanlah filsafat
Aristotelian yang tertulis dalam bahasa Arab ataupun filsafat Platonisme. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari upaya ahli kalam dari kelompok Mu'tazilah maupun
Asyâ’irah untuk menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang rasional, bahwa akal
merupakan unsur penting dalam agama ini, sehingga mereka membungkus filsafat
dalam baju keagamaan, dan dari situ mereka memahami agama Islam dengan corak
filosofis. Akan tetapi selanjutnya keinginan para filosof Islam untuk
memperlihatkan agama Islam dalam suatu gambaran rasional menyebabkan mereka
menafsirkan sebagian persoalan ke-islam-an yang bersifat ideologis (akidah)
dengan teori-teori filsafat, hal ini oleh sebagian umat islam dipandang
menyalahi cara berpikir dan akidah agama Islam, maka mulailah mereka mewaspadai
dan mengkritik para filosof Islam tersebut.
Penjelasan
mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam
telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya
beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian
tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau
filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang
kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa
mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang
mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan,
ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan
menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi
petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah
yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan,
masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan.
C. Metode
Mempelajari dan Mengembangkan Filsafat Islam
Sebagai suatu
metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal
sebagai berikut :
Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam
pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis,
yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para
filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik
dalam praktek kependidikan.
Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari
bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan
dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa.
Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat
digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al
Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh
al Hadist karangan Weinsink.
Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin
Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang
berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara
induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah.
Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan
pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan
digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam
analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih
untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih
merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara
pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.
D. Manfaat
Mempelajari Filsafat Islam
Prof.
Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah
menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At
Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :
1.
Untuk
membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan
akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2.
Persiapan
untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya
menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan
saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.]
3.
Menumbuhkan
ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia
mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada
sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4.
Menyiapkan
pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai
profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia
mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi
kerohanian dan keagamaan.
5.
Persiapan
untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam
tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi
menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan
aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara
agama dan ilmu pengetahuan.
KESIMPULAN
Ø Pengertian
Filsafat
Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap
kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi
tersebut menunjukkan arti sebagai informal.
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah
arti yang formal.
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan.
Ø Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo
yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan
demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah.
Ø Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al
Qur’an dan al Hadist Firman Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu
wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui
apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami
kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar
memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan Hadis
dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah
ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada
hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama
hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya
Ulumuddin hal. 90)”
Ø Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai
diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara
konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari
pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan
dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif
menurut kebutuhan dan kemajuan.
Ø Filsafat Islam
secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan
ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia
bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana
dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
PENUTUP
Islam dengan sumber
ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama
ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah
yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan
bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan,
yakni pendidikan Islam.
Demikian pula
pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan
bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam.
Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan
jika diterapkan secara konsisten. Namun demikian adanya pandangan tersebut
bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai
kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung
persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan. Tugas kita
selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang
telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak
lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka
dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh
terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah
percaturan global.
Referensi
·
[Filsafat Pendidikan Islam] Pengertian, Ruang
Lingkup, Kegunaan dan Metode Pengembangan. Dengan Daftar Pustaka :
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat
Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet.
II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan
Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984.
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat
dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983.
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan
Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.
Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan
Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997
M. Ihsan Dacholfany adalah mahasiswa ISID 1997 – Staf
Pengajar PP Gontor – Perpustakaan Darussalam)
·
www.filsafat
ibn’taimiyah.com
follow my blog too.. :)
BalasHapus